KILASBANGGAI.COM, BANGGAI- Harga beras di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah mengalami kenaikan harga menjelang bulan suci Ramadan 1444 H.
Bahkan hampir setiap pekan sejak Februari hingga awal Maret 2023, harga beras terus naik tak terkendali.
Awalnya, pada Februari 2023 beras mengalami kenaikan dari sekitar Rp 9.500 menjadi Rp 10 ribu per liter.
Lalu pada awal Maret 2023 telah mencapai Rp 11 ribu sampai Rp 13 ribu per liter.
Harga per karung ukuran 50 kilogram di Pasar Simpong Luwuk Selatan kini mencapai Rp 700 ribu.
Kondisi ini sangat dikeluhkan masyarakat, apalagi kondisi ekonomi yang belum stabil pascapandemi Covid-19.
Semenjak kenaikan harga beras di pasaran, belum terlihat intervensi Pemerintah Kabupaten Banggai yang signifikan.
3 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Banggai yang bertanggung jawab terhadap stok maupun harga beras dinilai tak mampu meredam.
Namun, sampai saat ini Dinas TPHP, Dinas Ketahanan Pangan, hingga Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Banggai enggan mencari akar masalah kenaikan harga beras.
Di sisi lain, Dinas Perdagangan Banggai hanya mengandalkan operasi pasar yang sampai saat ini tak mampu meredam harga beras karena tetap mengalami kenaikan.
Sementara Kepala Dinas TPHP Banggai Subhan Lanusi membantah produksi padi yang disebutkan BPS Sulteng mengalami penurunan.
Ia mengatakan terdapat perbedaan metode dalam pengambilan data produksi di lapangan antrara BPS Sulteng dan Dinas TPHP.
“Sudah 3 tahun kita tidak pernah impor (datangkan dari luar daerah). Itulah beda antara data pertanian dengan BPS secara menyeluruh,” kata Subhan kepada awak media, belum lama ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Alfian Djibran mengaku saat ini belum memasuki masa panen, sehingga harga beras mengalami kenaikan.
“Tentang produksi itu yang leading sector Dinas TPHP,” kata dia, Kamis (9/3/2023).
Sementara itu, petani asal Masama, Suban, mengaku saat ini masih memasuki musim tanam.
Itupun terancam gagal panen karena terserang hama tikus dan kekurangan air.
“Stok pupuk subsidi terbatas, harga racun hama juga mahal. Belum lagi air kurang, hanya bergarap hujan. Jadi berpotensi gagal panen,” ungkap Suban. (*)
Discussion about this post